Salah satu tema yang membedakan pada Batik Trusmi Cirebon adalah motif Paksi Naga Liman. Pola ini menampilkan bentuk naga berekor lima. Biasanya warna cerah seperti merah, hijau, atau biru digunakan untuk menggambarkan motif ini. Desain Paksi Naga Liman memberikan tampilan khas dan dampak yang kuat pada batik. Desain ini juga memberikan nuansa kehalusan dan tradisi pada batik. Motif Paksi Naga Liman sangat cocok digunakan pada batik yang digunakan untuk acara formal atau pesta.
Batik Paksi Naga Liman adalah motif batik khas Cirebon yang terinspirasi dari sosok kereta kerajaan Kesultanan Cirebon yang ikonik, yaitu Kereta Paksi Naga Liman. Kereta ini memiliki nilai simbolis dan historis yang mendalam bagi masyarakat Cirebon karena mewakili percampuran budaya dan filosofi yang kaya. Paksi Naga Liman adalah gabungan dari tiga hewan legendaris: "Paksi" berarti burung, "Naga" berarti naga, dan "Liman" berarti gajah. Setiap hewan melambangkan kekuatan, kebijaksanaan, dan kejayaan.
Kereta Paksi Naga Liman, yang saat ini disimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon, dirancang oleh Sunan Gunung Jati pada abad ke-16. Kereta ini dibuat untuk menunjukkan kekuatan dan kemegahan Kesultanan Cirebon yang pada waktu itu memiliki pengaruh besar di Jawa Barat. Penggabungan elemen hewan dalam desainnya merupakan representasi dari nilai-nilai universal dalam tiga ajaran yang memengaruhi budaya Cirebon: Hindu, Islam, dan Buddha. Simbolisme ini menggambarkan keterbukaan Cirebon dalam menerima budaya-budaya asing, yang kemudian diselaraskan dalam satu identitas khas.
Motif batik Paksi Naga Liman biasanya menggambarkan sosok kereta tersebut dengan detail rumit, termasuk bagian kepala burung, badan naga, dan kaki gajah. Warna-warna yang digunakan sering kali cerah, seperti merah, hijau, biru, dan kuning, yang mencerminkan semangat batik pesisir dengan pengaruh budaya dari para pedagang asing.
Motif Paksi Naga Liman memiliki nilai simbolis yang mendalam dan dianggap sebagai representasi keberuntungan dan kekuatan. Dalam budaya Tiongkok, naga dipandang sebagai hewan yang tangguh dan dihormati, dan lima ekornya melambangkan keberuntungan dan kepuasan.
Pinggiran kain sering kali dihiasi dengan pola Paksi Naga Liman. Selain itu, motif ini sering dipadukan dengan tema lain seperti motif Mega Mendung atau motif bunga. Motif Paksi Naga Liman misalnya, bisa dipadukan dengan desain Mega Mendung seperti motif awan atau motif bunga melati.
Dalam masyarakat Cirebon, batik ini melambangkan kekuatan, keagungan, dan keseimbangan antara tiga unsur alam—darat, laut, dan udara—serta hubungan harmonis antara manusia dan alam. Oleh karena itu, Batik Paksi Naga Liman sering dianggap sebagai lambang identitas budaya yang mendalam dan menjadi warisan budaya yang dibanggakan masyarakat Cirebon.