Malam (Lilin) untuk Membatik adalah bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan batik. Malam, yang berupa lilin batik, berfungsi untuk menutupi bagian kain agar tidak terkena pewarna pada saat proses pewarnaan dilakukan.
Malam yang digunakan dalam membatik umumnya terdiri dari campuran lilin dan tungku, dua bahan alami yang dicairkan pada suhu tinggi. Lilin berfungsi memberikan kekentalan, sementara tungku membantu malam menjadi lebih padat dan tidak mudah pecah. Campuran ini menghasilkan malam yang ideal untuk membatik, dengan tekstur yang cukup keras agar dapat menempel dengan baik pada kain, tetapi juga cukup cair untuk memungkinkan pengrajin menggambar pola dengan canting. Di beberapa daerah, malam dapat dicampur dengan bahan lain, seperti minyak kelapa atau resin untuk meningkatkan kualitas dan kestabilannya.
Malam digunakan dalam proses membatik dengan cara mencairkan malam dalam wajan khusus, yang dikenal dengan wajan membatik. Setelah malam mencair, pengrajin menggunakan canting untuk mengambil malam cair dan menggambar pola di atas kain. Proses ini memerlukan keterampilan tinggi karena malam yang terlalu panas bisa mengakibatkan penguapan yang cepat, sedangkan malam yang terlalu dingin bisa menyebabkan kesulitan dalam menggambar detail halus. Setelah pola selesai digambar, kain yang telah dipenuhi malam akan dicelupkan ke dalam pewarna. Bagian yang tertutup malam akan tetap mempertahankan warna asli kain, sementara bagian yang tidak tertutup akan menyerap warna dari pewarna.
Malam memiliki peran yang sangat penting dalam tradisi batik. Selain sebagai bahan teknis yang mendukung pembuatan pola, malam juga membawa makna mendalam dalam budaya batik. Proses membatik yang menggunakan malam sebagai alat utama telah diwariskan turun-temurun sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Setiap pola batik yang digambar dengan canting dan malam mengandung simbolisme dan filosofi yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat Indonesia.