Pewarna Batik adalah bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan kain batik setelah pola lilin (malam) diterapkan. Pewarna ini memainkan peran penting dalam memberikan warna, estetika, dan karakter pada kain batik.
Pewarna batik dapat dibedakan menjadi dua kategori utama berdasarkan cara pemakaiannya. Pewarna alam diperoleh dari bahan alami seperti tumbuhan, akar, daun, bunga, kulit kayu, dan serangga. Pewarna alam memberikan nuansa warna yang lebih lembut dan alami. Beberapa contoh pewarna alami adalah indigo yang diperoleh dari tanaman indigofera dan menghasilkan warna biru, mengkudu yang memberikan warna merah muda atau ungu, kunyit yang menghasilkan warna kuning cerah, dan daun pandan yang dapat memberikan warna hijau. Pewarna sintetis, di sisi lain, adalah pewarna buatan yang diproduksi secara kimiawi dan lebih umum digunakan dalam industri batik modern. Pewarna sintetis memiliki keunggulan dalam ketahanan warna, variasi warna yang lebih luas, dan waktu pengerjaan yang lebih cepat.
Setelah proses membatik selesai, kain batik dicelupkan ke dalam larutan pewarna yang telah disiapkan. Proses pewarnaan biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, tergantung pada desain dan warna yang diinginkan. Teknik pewarnaan dalam batik antara lain celup (dyeing), di mana kain direndam dalam larutan pewarna untuk memberikan warna dasar pada kain, dan tulis (hand painting), yang dilakukan dengan menerapkan pewarna langsung ke bagian-bagian kain batik dengan kuas atau alat lain untuk detail pola tertentu. Selain itu, teknik shibori, yang melibatkan pengikatan kain untuk menciptakan pola tertentu saat pewarna dicelupkan, juga digunakan untuk memberikan efek batik yang unik dan menarik.
Pewarna batik berperan penting dalam memberikan kesan estetika pada kain batik. Warna yang dihasilkan dapat mempengaruhi makna atau filosofi batik itu sendiri. Misalnya, warna merah sering melambangkan keberanian dan kekuatan, warna biru melambangkan kedamaian dan ketenangan, warna kuning melambangkan kemakmuran dan keberuntungan, dan warna hitam sering kali berhubungan dengan kemewahan atau spiritualitas. Pemilihan warna pada setiap desain batik seringkali memiliki makna tertentu yang mengacu pada budaya, agama, dan kepercayaan setempat.
Pewarna batik tidak hanya sekedar memberikan warna, tetapi juga mengandung nilai budaya dan filosofi. Pemilihan warna pada desain batik seringkali mengandung makna tertentu yang mencerminkan kekayaan budaya dan filosofi masyarakat Indonesia. Proses pewarnaan batik bukan hanya sebagai aspek teknis, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang mendalam, mencerminkan hubungan antara alam, kehidupan, dan kepercayaan.